Setelah 35 tahun berkiprah di industri komputer, perusahaan elektronik asal Jepang, Toshiba, secara resmi menyatakan berhenti dari bisnis laptop pada 4 Agustus 2020.
Dikutip dari The Verge, Senin, 10 Agustus 2020, perusahaan elektronik Sharp telah membeli sisa saham PC Toshiba sebesar 19,1 persen pada Juli 2020. Hal tersebut menjadikan bisnis laptop Toshiba dikuasai Sharp sepenuhnya.
Penjualan itu berarti bahwa Toshiba sudah berhenti dan tidak lagi berhubungan dengan atau memproduksi pembuatan komputer pribadi dalam bentuk komputer pribadi (PC – personal computer) ataupun bisnis laptop.
Toshiba memimpin pasar laptop sepanjang 1990-an dan sebagian besar pada 2000-an sebagai vendor teratas. Namun beberapa tahun ke belakang perusahaan seperti Lenovo, Apple, HP, dan Dell mulai membuat laptop yang lebih baik, dan bisnis laptop Toshiba melemah.

Pelopor Laptop Pertama
Toshiba T1100 yang diluncurkan pada 1985 dianggap sebagai komputer laptop utama pertama. Laptop tersebut memberikan desain dasar bagi rancangan laptop-laptop selanjutnya sebelum kehadiran PowerBook Apple di tahun 1991.
T1100 memiliki memori 256 KB, layar LCD reflektif 640×200 piksel yang mampu menampilkan 25 baris 80 karakter, floppy disk 3,5 inci (8,9 cm) yang mendukung disk 640KB dan 720KB.
Dalam hal ukuran, T1100 berukuran sekitar 31,1 cm x 6,6 cm x 12 inci (30,5 cm) dan berat 4,1 kilogram. Pada saat itu, harganya US$1.999 atau sekitar Rp29,3 juta.
Menurut Computer World, meski banyak merek laptop lain di pasaran, Toshiba diklaim menjadi salah satu vendor yang paling populer. Pada 2015, Toshiba membukukan kerugian selama setahun dengan nilai 318 juta dollar AS (sekitar Rp 4,6 triliun). Kerugian itu juga disinyalir merupakan alasan Toshiba untuk tidak melanjutkan bisnis laptopnya di pasar Eropa pada tahun 2016. Bahkan pada tahun 2017, Toshiba juga mengalami penurunan dengan total pengiriman laptop hanya 1,9 juta unit.
Pada 2011, Toshiba menjual lebih dari 17 juta PC, tetapi pada 2017 jumlahnya menurun drastis menjadi sekitar 1,9 juta unit, lapor Reuters pada saat itu. Pada 2016, mereka berhenti membuat laptop untuk pasar Eropa, dengan fokus hanya pada produksi perangkat keras untuk bisnis.
Beberapa tahun terakhir merupakan masa sulit bagi perusahaan tersebut: pada 2015, mereka membukukan kerugian setahun penuh sebesar US$318 juta.
Pada tahun yang sama presiden dan wakil presiden Toshiba mengundurkan diri setelah panel independen menemukan bahwa perusahaan telah melebih-lebihkan keuntungannya selama enam tahun sebelumnya.
Pada 2019, perusahaan tersebut berhenti dari bisnis nuklirnya NuGen di Inggris setelah gagal mendapatkan pembeli untuk itu. Dan pada tahun 2020, perusahaan toshiba berhenti dari bisnis laptop.